Seorang gila bertanya kepada orang gila,
“Apakah Anda gila?”
“Hehehehe! Jehelas! Lha, kalau Anda?”
“Saya? Ya pasti gilalahyauw!”
“Hehehehe! Sama-sama gila dong! Tos?”
“Tos!”
Lantas keduanya berjingkrak-jingkrak, jungkir balik, menandak-nandak, dan berguling guling.
“Hehehehehe! Jadi orang gila asyik ya?”
“Asyeeeeeekkkk ….”
Mereka sedang berada dalam puncak kegilaan, merayapi Tugu Selamat Datang di Bundaran H.I., merayap ke atas seperti cicak, ketika orang-orang gila yang lain memandanginya sambil tertawa terkekeh-kekeh dan menempelkan jari telunjuk di kening mereka.
“Lihat tuh! Orang-orang gila!”
“Dasar gila!”
“Iya! Gila!”
Satu orang gila berlari masuk kolam.
“Yuk ikutan gila yuk!”
“Yuuuuuukkkkk!”
Berpuluh-puluh orang, berates-ratus orang, berlari masuk kolam menuju kaki tugu, dan berebutan merayap ke atas, saling tarik-menarik sambil tertawa terkekeh-kekeh, tetapi setiap kali jatuh tercebur ke kolam, orang gila yang manapun berjuang merayap ke atas lagi sambil tetap tertawa terkekehkekehkekehhhhhhhhhhhhhhh.
Di puncak, patung sepasang manusia Indonesia yang sudah dilatih untuk selalu melambai dan tersenyum ramah kepada para tamu peserta Asian Games 2018 itu, menjerit-jerit ketakutan melihat orang-orang gila merayap ke arah mereka berdua.
“Toloooooongngng! Orang-orang gila! Tolooooongngngng!”
Suaranya masih terdengar ketika keduanya melayang jatuh.
Puncak Tugu Selamat Datang kini dikuasai orang-orang gila yang tiada henti-hentinya saling berebut dan saling menjatuhkan, sambil terus-meneriakkan yel.
“Hidup orang gila! Hidup orang gila! Hidup orang gila!”
Asal tahu saja, tidak ada satupun yang betul-betul gila.
Salam …
Seno Gumira Ajidarma
(gambar ilustrasi oleh: Toni Malakian)