Masyarakat Indonesia bisa dibilang golongan manusia yang paling mengikuti tren. Entah itu dalam hal media sosial, teknologi ponsel, komputer tablet, hingga seni pertunjukan. Kita bisa melihat bagaimana tahun ini, Indonesia diterjang begitu banyak konser penyanyi manca negara. Hampir setiap bulan selalu saja ada konser, yang bisa dibilang sukses. Dari Katy Perry, Morrisey, Roxette, Dream Theatre, Yes, hingga yang menghebohkan karena baru kali ini sebuah konser berlangsung selama tiga hari, yaitu Suju.
Belum lagi konser yang akan datang, yang belum-belum sudah mengundang kontroversi, yaitu Lady Gaga. Jadwal konsernya yang akan jatuh pada Juni, berbarengan dengan konser NKOTBSB dan Jason Mraz. Itu baru konser. Belum pertunjukan lainnya seperti sirkus, stand up komedi dari komedian internasional Russell Peter, sampai pertunjukan ice skating seperti Disney on Ice.
Ini membuktikan bahwa masyarakat kita adalah masyarakat konsumtif. Kita bisa bisa dikatakan makhluk omnivora sesungguhnya. Melahap segala macam produk, dari fashion, teknologi, kesenian, hingga ideology. Bahkan hingga sesuatu yang sebenarnya racun sekalipun, yang saat kita konsumsi, kita menjadi tidak sadar bahwa efeknya adalah kita menjadi saling menyerang. Ini membuktikan bahwa masyarakat kita adalah masyarakat konsumtif. Kita bisa bisa dikatakan makhluk omnivora sesungguhnya. Melahap segala macam produk, dari fashion, teknologi,kesenian, hingga ideology. Bahkan hingga sesuatu yang sebenarnya racun sekalipun, yang saat kita konsumsi, kita menjadi tidak sadar bahwa efeknya adalah kita menjadi saling menyerang.
Alih-alih terbang ke Singapura untuk menonton The Wicked atau Lion King, yang jauh-jauh didatangkan asli dari Broadway ke Asia Tenggara, penonton kita masih mencintai produk musikal lokal. Sejumlah pertunjukan musikal produk sendiri juga dipadati penonton. Apakah penonton datang murni karena memang mencintai produk dalam negeri atau karena memang tipe yang melahap semua. Alias haus akan tontonan.
Apa pun alasannya, kemunculan JogjaBroadway ini bisa menjadi alternatif dan bukti bahwa seniman pertunjukan di Indonesia memiliki keluasan kreativitas yang mampu membentuk pertunjukan sesuai dengan tren dan permintaan penonton. Menjadi lentur bukanlah hal yang salah. Namun di sinilah tantangan yang harus dijawab dan dijalani seniman dalam menghadapi perkembangan zaman. Apakah ia bisa mengalami proses evolusi untuk tetap bertahan hidup dan mengarungi masa ke masa dengan karakter penonton yang terus berubah? JogjaBroadway ini jawabannya.