Salah satu hal yang membedakan pertunjukan Indonesia Kita dengan pentas seni lainnya adalah keberadaan stand khusus kuliner yang memanjakan perut para pengunjung. Namun keberadaan kuliner di acara ini tak sekadar menjadi ransum. Kuliner juga merupakan budaya. Sebuah kreasi cita rasa yang juga memperlihatkan warisan tradisi sebuah bangsa. Karena itulah, Indonesia Kita sejak awal pementasan pada 2011, selalu menggelar bazaar kuliner di area sekitar gedung pertunjukan. Tujuannya bukanlah nilai komersial yang tercapai dari kegiatan ini, namun mengembalikan kembali posisi kuliner sebagai bagian dari budaya masyarakat.

Alhasil, penonton akan melihat sebuah sinergi dari pertunjukan sebagai tontonan dan kuliner yang disajikan. Sinergi itu terlihat dari kesatuan tema kuliner-kuliner yang disajikan yang selalu mengangkat makanan khas apa saja yang terkait dengan tradisi tontonan yang tengah dipentaskan. Misalnya ketika pentas mengangkat kesenian kontemporer dari Yogyakarta, maka kuliner yang dihidangkan dari Jawa. Ketika pementasan mengangkat kesenian Minang, maka masakan yang tersaji juga mengangkat daerah serupa. Dari konsep inilah, pengunjung sebenarnya diperkenalkan kembali atau bisa menuntaskan kekangenan mereka terhadap masakan-masakan tradisional yang mungkin selama ini mereka kenal hanya pernah hidup di masa lalu. Lewat kuliner pula, generasi yang lebih kekinian bisa diajak untuk mengenal kebudayaan dan tradisi leluhur mereka.

Sebagai pementasan pungkasan di tahun ini, Nyonya-Nyonya Istana menggelar bazaar makanan yang pernah hadir selama setahun penuh pementasan Indonesia Kita. Selama 16-17 November 2012, pengunjung akan menyaksikan stand Tahu Bazo yang pernah hadir di pementasan Jogja Broadway dan Malin Kondang, Gule Bebek, Angkringan yang pernah hadir di pementasan Kadal Nguntal Negoro dan Jogja Broadway, Ibu Yeyen dan Pecel Pincuk Pak Yanto yang pernah tampil di Kadal Nguntal Negoro, Bale Raos yang pernah hadir di Jogja Broadway, masakan Padang dari stand Julianto yang sempat muncul di Maling Kondang, Mbak Sop, dan Kopi Tiam Oei yang hampir selalu menjadi langganan pementasan Indonesia Kita.

Semua kuliner yang pernah tampil dalam Indonesia Kita ini terkumpul di acara pamungkas Indonesia Kita tahun ini, Nyonya-Nyonya Istana. Yang terkumpul ini bukanlah kuliner terpilih dari yang pernah disajikan selama Indonesia Kita selama setahun, karena kuliner lainnya yang pernah ditampilkan juga tidak kalah terpilihnya. Pemilihan yang dilakukan panitia atas jenis-jenis hidangan yang pernah disajikan selama setahun ini, lebih sebagai mewakili apa yang pernah tampil dan menyemarakkan panggung kuliner yang menyertai setiap pementasan Indonesia Kita.

Mengumpulkan kembali sejumlah hidangan dari para stand kuliner yang pernah tampil di Indonesia Kita, seolah menjadi pilihan suguhan bagi para “Nyonya”. Inilah tema sebenarnya. Bagaimana di pungkasan acara yang mengangkat kisah tentang para sosialita, semua harus terjadi dalam format pilihan. Sajian dari makanan pembuka hingga penutup yang ada di stand kuliner Indonesia Kita ini seolah sebuah persentasi pilihan bagi para sosialita. Dan Andalah, para penonton Indonesia Kita, sosialita kebudayaan yang layak mendapatkan sajian pilihan.