Pementasan Nyonya-nyonya Istana menjadi edisi akhir program Indonesia Kita di tahun 2012. Inilah pentas ke-10 yang sudah digelar selama hajatan Indonesia Kita yang didukung penuh oleh Djarum Apresiasi Budaya. Sekadar menyegarkan ingatan, serangkaian pementasan Indonesia Kita dimulai sejak tahun 2011, dengan lakon Laskar Dagelan, kemudian konser cinta Beta Maluku, musikal ludrukan Kartolo Mbalelo, kemudian Mak Jogi, Kutukan Kudungga dan Kadal Nguntal Negara. Dan di tahun 2012 dimulai dengan pertunjukan Jogja Broadway Theatre yang menyajikan Apel, I’m in Love, kemudian Kabayan Jadi Presiden dan Maling Kondang.

Sepuluh serial pementasan dalam kurun dua tahun, setidaknya memperlihatkan semangat bagaimana interaksi kreatif berlangsung lumayan produktif. Dalam interasi kreatif itulah, para seniman yang terlibat saling bertukar gagasan, mengolah ide bersama, dengan semangat untuk membangun satu proses dialog melalui jalan kesenian dan kebudayaan, perihalhal-hal yang dianggap cukup krusialuntuk disampaikan seputar semangat untuk kian mencintai republik ini

.Beberapa seniman, artis, dan juga tokoh publik, berinteraksi dengan penuh semangat, penuh ketulusan dan kerelaan (dalam artian tak lagi terlalu mempersoalkan soal keuentungan finansial dari pertunjukan ini), karena mereka memiliki kegelisahan yang sama: munculnya berbagai persoalan kebengsaan dan bernegara yang makin jauh dari cita-cita para pendiri republik ini. Terutama ketika toleransi dan penghargaan terhadap eberagaman kian mendapat ancaman. Mereka, antara lain Glenn Fredly, Sujiwo Tejo, Didi Petet, Yusril Katil, Olga Lidya, Hanung Bramantyo, Indro Warkop, Inul Daratista, Nirina Zubir, Peggy Melati Sukma, Oppie Andaresta, Mahfud MD, Pramono Anung – yang pernah mendukung panggung Indonesia Kita.

Di tahun 2013 nanti, beberapa ide sudah mulai dikomunikasikan kepada para pekerja seni, yang akan bersamasama berupawa mewujudkannya. Agar pentas-pentas Indonesia Kita juga makin variatif dan lebih segar, maka pentas-pentas yang digagas itu juga akan lebih banyak mengolah bentukbentuk seni yang tumbuh dan tengah berkembang di banyak komunitas. Tidak sekadar lagi merepresentasikan wilayah etnik tertentu, tetapi lintas etnik dan lintas genre dan komunitas seni. Ini menjadi semangat yang mesti dicapai: bagaimana setelah saling memahami, maka yang mesti dikembangkan adalah meningkatkan komunikasi kreatif itu menjadi sebuah kejasama yang setara, sejajar dan mengasyikkan. Agar muncul ekspresiekspresi baru yang merefleksikan sekaligus merepresentasikan (pencapaian karya kebudayaan) Indonesia hari ini.