Hal yang penting dari perjalanan proses kreatif JHF, menurut saya, adalah pilihan dan ketekunan mereka untuk mengeksplorasi hip hop berbahasa Jawa. Ini adalah sebuah kekuatan kultural yang unik. Bagi saya, mereka tidak sekadar sedang bermusik, tetapi sedang melakukan sebuah gerakan kebudayaan yang membuat lagu-lagu mereka kemudian memiliki konteks sosial yang lebih luas dari sekedar fenomena bermusik. Inilah yang pijakan saya ketika mulai mengonsep NewYorkarto.

Sebelum NewYorkarto, saya pernah bekerjasama dengan JHF dalam LASKAR DAGELAN (From Republik Jogja With Love) pertunjukan musikal bergaya plesetan, sebagai bentuk guyonan khas Yogyakarta, yang alurnya saya susun berdasarkan lagu-lagu JHF. Dalam diskusidiskusi awal gagasan NewYorkarto, saya dan Kill the DJ sepakat untuk tidak mengulangi formulasi sukses LASKAR DAGELAN. Pada prinsipnya, NewYorkarto adalah sebuah konser musik yang bisa memberikan gambaran retrospektif JHF. Sebagai konser musik, tentu saja kekuatan utamanya adalah lagu-lagu JHF yang kemudian diaransemen ulang dengan sentuhan gamelan dan orkestra string yang akan membuat suasana berbeda. Dalam bayangan awal kami, perbedaan tersebut akan membuat lagu-lagu JHF itu punya tenaga baru, punya tafsir baru.

NewYorkarto menyuguhkan lagu-lagu JHF dengan memberi beberapa konteks seputar proses kreatif mereka. Misalnya, pada bagian awal pertunjukan saya memberi konteks tradisi yang tak bisa dipisahkan dari proses kreatif mereka. Ini penting, karena dengan musik hip hop mereka juga melakukan penjelajahan tradisi, melalui lirik dan juga bebunyian yang membuat mereka tak mengabaikan begitu saja akar tradisi yang ikut membentuk mereka. Lagu-lagu JHF saya susun dan saya beri sentuhan pengadeganan. Kemudian, kami juga melibatkan video (multimedia), wayang dan juga koreografi sebagai elemen-elemen yang memperkuat pernyataan utama pertunjukan ini: Bahwa sikap berkesenian JHF mencerminkan akar tradisi, konteks sosial, konteks politik, sekaligus semangat menjadi bagian dari pergaulan dunia. Sebagai direktur pertunjukan, setelah menyusun konsep dasar pertunjukan, saya kemudian berperan sebagai muara dari berbagai gagasan yang kemudian bekembang; menjadi semacam pengatur lalu-lintas ide yang dalam prosesnya banyak bermunculan.