Agus Noor yang bernama baptis Korea: Ah Gus Noo ini bisa ditemukan kesibukannya di akun instagram @agusnoor_ Sebagai penulis prosa, karya-karyanya telah menjadi buku kumpulan cerpen, antara lain Lelucon Para Koruptor Cinta Tak Pernah Sia Sia, Memorabilia, Bapak Presiden yang Terhormat, Selingkuh Itu Indah, Rendezvous (Kisah Cinta yang Tak Setia), Matinya Toekang Kritik, Potongan Cerita di Kartu Pos. Cerpennya juga terhimpun dalam antologi Kitab Cerpen Horison Sastra Indonesia, (Majalah Horison dan The Ford Foundation, 2002); Pembisik (Cerpen-cerpen terbaik Republika, 2003), 20 Cerpen Indonesia Terbaik (Pena Kencana, 2008 dan 2009) Un Soir du Paris (Gramedia, 2010). Dan kecintaannya terhadap dunia sastra, telah membawa Agus Noor menerima beberapa penghargaan sebagai penulis cerita pendek terbaik pada Festival Kesenian Yogyakarta 1992. Ia juga mendapatkan Anugerah Cerpen Indonesia dari Dewan Kesenian Jakarta pada 1992 untuk tiga cerpennya: “Keluarga Bahagia”, “Dzikir Sebutir Peluru” dan “Tak Ada Mawar di Jalan Raya”. Cerpennya berjudul “Pemburu” oleh majalah sastra Horison, dinyatakan sebagai salah satu karya terbaik yang pernah terbit di majalah itu selama kurun waktu 1990-2000. Dan cerpen “Piknik” masuk dalam Anugerah Kebudayaan 2006 Departemen Seni dan Budaya untuk kategori cerpen. Beberapa cerpennya juga diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Perancis dan Norwegia.
Pria lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini lahir di Tegal, 16 Juni 1968. Kepiawaiannya menulis mengantarnya memasuki ranah pertunjukan dengan menulis skenario hingga mengarahkan secara artistic panggung, sinetron, program televisi serta penyutradaraan. Ia telah menggarap puluhan skenario untuk FTV dan dipercaya mengerjakan program-program televisi antara lain, Pasar Rakyat 76 (Komedi Show, Indosiar), Badut Pasti Berlalu (Indosiar), Fragment Bagito Gebyar BCA (Indosiar) Tonil Bagito (Serial Komedi, TV7), Negeri Impian (Variety Talkshow Parodi, TV ONE). Sejak 2009 sampai sekarang Agus Noor aktif menulis skrip Sentilan Sentilun (Metro TV). Di bidang rancangan artistik dan penyutradaraan pertunjukan musik, Agus Noor berkolaborasi dengan Jogja Hiphop Foundation, Glenn Fredly, Slank, Yovie Widianto, Rio Febrian, dan beberapa musisi lain.
Sejak tahun 2011 sampai sekarang, Agus Noor menjadi creative & artistic director untuk panggung Indonesia Kita, yang telah menggelar lebih dari 25 pertunjukan, seperti: Laskar Dagelan, Beta Maluku, Kartolo Mbalelo, Mak Jogi, Kutukan Kudungga, Kadal Nguntal Negara, Kabayan Jadi Presiden, Maling Kondang, Nyonya-Nyonya Istana, Orde Omdo, Matinya Sang Maestro, Semar Mendem, Roman Made in Bali, Tabib dari Timur, Sinden Republik, Datuk Bagindo Presiden, Nyonya Nomor Satu, Komedi Tali Jodo, Doea Tanda Tjinta, Sri Eng Tay, Sabdo Pandito Rakjat, dan lain-lain. Di pengujung tahun 2017, Agus Noor merampungkan kolaborasi kreatif bersama Maudy Koesnaedi dan Teater Abnon melalui pertunjukan teater musikal berjudul “Babe, Muka Kampung Rejeki Kota” dan bersama Happy Salma dalam pentas “Perempuan-Perempuan Chairil”.
(gambar profil grafis wpap oleh Arif Wicaksono)