Tak banyak aktor yang sudah populer dan laris masih mau menyempatkan diri untuk mengajar dan terlibat dalam dunia pendidikan, apalagi memprihatinkan kondisi pendidikan akting di Indonesia. Di antara sedikit orang tersebut, Didi Petet adalah salah satunya. Pemilik nama lengkap Didi Widiatmoko ini hingga kini masih aktif mengajar di alumninya, Institut Kesenian Jakarta. Bahkan Didi merasa memiliki tanggung jawab untuk bisa mengajarkan teknik akting yang benar terutama dalam situasi dunia hiburan yang begitu pesat saat ini. “Sekarang ini seni peran sudah masuk ranah industri, kadang-kadang sudah tidak mementingkan pada seni perannya, tapi justru hal-hal lain yang diutamakan,” ujar Didi Petet dalam suatu kesempatan. Inilah yang mendorong Didi untuk tetap meluangkan waktunya untuk dunia pendidikan seni akting di Indonesia.

Dilahirkan di Surabaya pada 12 Juli 1956, Didi dikenal publik sebagai aktor yang serba bisa. Peran-perannya begitu beragam namun semuanya bisa begitu melekat di benak penonton. Taruhlah seperti ketika ia dengan suksesnya identik dengan karakter Emon di film Catatan Si Boy, dan Kabayan dalam Kabayan Saba Kota yang kemudian sampai dibuatkan sekuelnya. Sebagai Kabayan, Didi begitu lekat dengan sosok yang khas dari tanah Pasundan ini. Sambutan khalayak yang menyukai karakter Kabayan yang diperankan Didi, menjadikan film tentang kabayan dibuat sekuel yang menempatkan Didi beradu akting dengan para aktris senior seperti Paramitha Rusady, Merriam Bellina, dan Desy Ratnasari.

Jika di luar negeri, kualitas akting Robert De Niro mengantarkannya bisa berperan di film apa saja, dari drama hingga komedi, begitu pula dengan Didi Petet. Bisa dibilang ia selalu bisa melebur ke dalam setiap perannya. Sehingga penonton tak lagi melihat Didi Petet di sana, tapi betulbetul sosok baru di film tersebut. Atas kualitas aktingnya, pada 1988, Didi meraih Piala Citra dalam aktingnya di film Cinta Anak Zaman, dalam kategori aktor pendukung terbaik. Begitu pula di panggung teater. Didi tetap aktif berperan tak hanya di kelompok pantomim Sena Didi Mime, tapi juga beberapa kali tampil bersama Teater Koma.

Panggung teater-lah yang mungkin bisa disebut sebagai faktor yang turut mengasah kualitas aktingnya. Jadi wajar rasanya ketika Didi merupakan satu di antara sedikit aktor Indonesia yang masih bertahan dan bahkan laris dalam usia paruh baya. Ia terus terlibat sejumlah judul film hingga sekarang. Didi bermain dalam film Petualangan Sherina di tahun 2000, sebuah film anak-anak yang disebutsebut sebagai tonggak kebangkitan kembali film Indonesia. Kemudian film Pasir Berbisik di tahun 2001, film Rindu Kami Padamu di tahun 2004 dan film Jermal di tahun 2010. Selain di film, Didi Petet tetap aktif di kelompok teater pantomim Sena Didi Mime yang didirikannya bersama almarhum Sena A. Utoyo, Kelompok ini terbentuk pada awal tahun 1970-an.