Siapa yang tak kenal karakter Kabayan? Bisa dibilang karakter Kabayan berhasil melintas zaman justru karena konsistensi sikapnya. Sejak film layar lebar yang mengetengahkan karakter Kabayan dalam Si Kabayan Saba Kota (1989) hingga Kabayan Jadi Milyuner (2010), karakter lelaki asal Sunda ini tetap awet menampilkan karakter manusia yang polos, lugu, dan jujur. Konsistensi sikap ini memperlihatkan bahwa dalam kondisi dan masa apa pun, sosok Kabayan tidak berubah. Ia mewakili figur manusia yang tetap memegang teguh prinsip tak peduli kondisi eksternal apa pun. Inilah yang juga tergambar dalam pertunjukan ini. Kabayan mewakili harapan rakyat biasa, apa adanya, dan hanya berharap bahwa kondisi kehidupan yang dijalani baik-baik saja tidak hanya bagi dirinya namun juga lingkungan. Harapan yang sederhana namun ternyata begitu pelik saat diwujudkan. Terutama dalam kondisi politik Indonesia menjelang pemilihan presiden pada 2014 nanti.
Mengambil konteks pilpres 2014 inilah, kisah Kabayan dipentaskan di atas panggung oleh seniman-seniman dari Jawa Barat. Pemilihan karakter Kabayan untuk dipentaskan dalam pertunjukan Indonesia Kita kali ini terasa sangat pas dan kontekstual dengan kondisi politik saat ini. Kabayan hadir tak hanya sebagai wakil dari wujud masyarakat Indonesia yang masih murni, namun juga representasi dari moral yang seharusnya bisa menjadi panutan dalam bersikap. Didi Petet yang identik dengan karakter Kabayan, tampil dalam pertunjukan ini didukung oleh sejumlah artis kenamaan lainnya seperti Peggy Melati Sukma, Meriam Bellina, dan Rumah Musik Harry Roesly. Kemunculan mereka seolah mewakili bahwa seniman-seniman yang telah populer sekalipun, tetap memiliki visi dan misi berkesenian yang memuat pesan sosial.
Menyaksikan Kabayan dalam lakon ini, penonton akan dihadapkan pada situasi bahwa sifat-sifat kebaikan manusia sekalipun, bisa ditunggangi dan dimanipulasi. Bahkan karakter manusia yang jujur dan polos, dalam dunia politik dikemas menjadi produk yang dijual kepada masyarakat. Inilah yang terjadi pada Kabayan. Kejujuran dan kepolosannya memang telah dikenal oleh banyak orang dan itulah yang membuatnya disukai dan populer. Dan menjelang pemilihan presiden, karakter manusia seperti ini sangat diperlukan untuk menarik massa. Partai-partai politik akan berlomba-lomba memburu kandidat yang populer namun mau untuk dikemudikan arah sikapnya kelak jika terpilih.
Kisah yang diangkat di pertunjukan ini sebenarnya bisa dijadikan ramburambu bagi masyarakat menjelang pemilu bahwa kita tak lagi hanya bisa mengandalkan karakter sosok yang dipilih tapi harus semakin cerdik untuk melihat unsur apa yang mendukung di balik itu. Justru kekuatan yang berada di belakang, wajib diwaspadai mengingat merekalah yang memiliki kepentingan besar untuk mendapatkan keuntungan dari rakyat. Inilah yang akan didapatkan oleh penonton lewat pertunjukan ini. Sebuah hiburan yang tak hanya kental dengan sentilan-sentilan, tapi juga mengingatkan apa yang sebentar lagi akan terjadi. Sekaligus memperlihatkan bahwa mempertahankan kejujuran dan idealisme telah menjadi barang langka di negeri ini. Terutam untuk sosok pemimpin.