Menjadi rakyat, menjadi kecil. Apakah kemudian ketika kita menjadi rakyat, dan kecil, kita tidak memiliki kekuatan? Pertanyaan ini mungkin lebih berupa gugatan ketika situasi sosial politik akhir-akhir ini begitu menempatkan posisi rakyat dalam kondisi yang dilemahkan bahkan dilecehkan. Situasi ini sudah mencuat ketika pemberitaan seputar pembangunan gedung DPR begitu mati-matian dibela oleh sang ketua.

Kecaman terhadap rencana pembangunan ini memunculkan pernyataan yang begitu menghina posisi rakyat ketika Bapak ketua DPR yang terhormat, menyebutkan bahwa topik renovasi gedung yang menelan pundi-pundi uang negara, tak sepatutnya dibahas oleh kelas “rakyat” yang dinilai tidak sepadan tingkat intelektualitasnya. “Rakyat kecil tidak perlu diajak membicarakan gedung DPR. Soal gedung biar dibahas oleh orang-orang pintar saja,” ujarnya ketika itu. Nasib menjadi jelata juga memiriskan hati ketika pada pertengahan Juni, kita mendengar seorang TKI yang dieksekusi penggal di Arab Saudi. Tak ada sama sekali upaya pemerintah untuk mengupayakan pembelaan danperlindungan warga negaranya.

Apakah sedemikian buruknya menjadi rakyat? Pertanyaan inilah yang muncul dalam pertunjukan Kartolo Mbalelo ini. Penonton akan diajak mengikuti logika sederhana dan kejujuran polos seorang rakyat kecil yang justru bisa membedakan mana yang benar dan salah. Sebuah pola berpikir yang justru hilang dari mereka-mereka yang menamakan dirinya sebagai wakil rakyat.

Dengan menggunakan format ludruk, ini merupakan pertunjukan dari rakyat dan untuk rakyat. Ludruk adalah bagian kesenian panggung rakyat yang mulai terpinggirkan tak hanya dipertunjukan-pertunjukan secara langsung, tapi juga di televisi. Sama nasibnya dengan ketoprak dan rakyat.

Padahal seni panggung semacam ini membuka diri untuk mengajak penonton menjadi kritis terhadap situasi yang dihadapi. Sangat berbeda dengan situasi sekarang, ketika rakyat dilenakan dengan tempat-tempat mentereng seperti mal dan pemanggungan mahal yang semakin meninabobokan masyarakat untuk merasa bahwa kita semua baik-baik saja